Press Release

Cerita Aris, Penari Asal Aceh yang Terlibat dalam Sendratari Ksatria Singadipa

sendratari ksatria singadipa

BANYUMAS, lengger.id – Sendratari Ksatria Singadipa menjadi pengalaman pertama bagi penari asal Aceh, Aris (23). Mahasiswa ISI Yogyakarta ini mengaku sangat senang terlibat dalam proses kreatif pagelaran tersebut.

Pria bernama lengkap Maulidi Harista ini menuturkan, meski hanya latihan selama kurang lebih sepekan, namun dia sangat menikmati proses yang cukup singkat ini.

“Seru, sekalian liburan kan habis ujian di kampus. Ikut audisi dan lolos pas selesai ujian. Asyik prosesnya dan semua teman-teman ramah serta mereka juga aktif untuk ikut membantu kebutuhan yang diperlukan,” ujarnya, usai pementasan sendratari Ksatria Singadipa di  Ampiteater Taman Sari, komplek Pendapa Yudhanegara, Kota Lama Banyumas, Rabu 1 Juni 2022.

Menurutnya, tenaga maupun energi yang dikeluarkan selama proses kreatif di Banyumas serupa seperti di kota tempatnya menimba ilmu. Hal itu terlihat dari kekompakan para penari lainnya.

Baca Juga: Besok, 25 Penari Tampilkan Sendratari Ksatria Singadipa di Kota Lama Banyumas

“Saya senang bisa berperan dalam sendratari ini, semoga saya bisa kembali ke Banyumas dan ikut berkarya lagi,” tuturnya.

Berjubel

Dari pantauan, pagelaran yang digelar di ajang Peken Banyumasan edisi Hari Lahir Pancasila itu ternyata mampu menyedot perhatian seratusan pengunjung. Mereka berjubel memenuhi area Ampiteater terbuka.

Sendratari “Ksatria Singadipa” karya koreografer, Rianto dibuka dengan kehadiran sepasukan penari berpakaian serba hijau yang mengiring kehadiran Sang Panglima Singadipa yang diperankan Rianto sendiri. Sementara itu istri Bupati Banyumas, Erna Sulistyawati Husein ikut menari sebagai bintang tamu.

Tarian mereka menggambarkan penjiwaan dan semangat dari sosok Singadipa saat melawan penjajah Belanda. Singadipa adalah panglima angkatan perang Pangeran Diponegoro yang berkududukan di wilayah Banyumas saat Perang Jawa (1825-1830).

Baca JugaRumah Lengger Gelar Audisi 20 Penari Terbaik Banyumas

Di tengah perjalanan, para pasukan mengalami dilema, sebab Pangeran Diponegoro telah ditangkap, namun perjuangan tetap harus dilanjutkan. Situasi itu digambarkan melalui tembang Sulasih Sulanjana yang mengalun dengan sakral.

“Tarian ini menggambarkan spirit dari Singadipa yang gagah berani melawan kekejaman, bijak dan memiliki jiwa besar sebagai pemimpin, mampu menengahi pihak-pihak yang berbeda pendapat,” kata Rianto.

Kehadiran duet pelawak Ciblek dan Ki Budjel menambah semarak. Mereka mampu mengocok perut penonton yang hadir meski berdialog dalam dialek banyumasan. Pentas itu ditutup dengan kesenian barongsay yang diiringi dengan musik calung.

Baca JugaLangganan Tampil di Peken Banyumasan, Kesenian Lengger Jadi Daya Tarik Utama

Rianto menuturkan, para penari merupakan peserta audisi yang digelar Rumah Lengger bersama Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas pada pertengahan Mei 2022 lalu. Peserta yang lolos seleksi cukup beragam. Paling muda masih duduk di kelas 1 Sekolah Dasar, dan paling jauh berasal dari Aceh.

“Sendratari ini memadukan unsur budaya Banyumas seperti dolanan bocah, kunclungan, jonjang dan gubrag lesung. Selain itu ada pula unsur seni Tionghoa yakni barongsay, ” katanya.(*)

Related Posts

Tinggalkan Balasan